Monday, May 9, 2011

Majlis Burdah

As salam warahmatullah...


Yesterday, Majlis Bulanan Burdah, and this time di Kota Damansara. Best sgt, rindu sangat dah untuk majlis Burdah. Jumaat lepas, ada Mawlid bulanan di AU3, Keramat. And also tahniq budak2 ni bersama El Habib Ali Zainal Abidin, guru my husband. Ramai yang turned up, cuma budak2 a bit cranky coz majlis habis terlalu lewat. And that night a bit panas, maybe sebab orang ramai.Di FB, ada few of my friends yang tanya, apa itu Majlis Burdah atau ada juga yang menyebutnya Selawat Burdah atau Qasidah Burdah. Di bawah adalah sejarah Burdah...

Pengarang qashidah Burdah ialah Al-Bushiri (610-695H/1213-1296 M). Nama lengkapnya Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri. Selain menulis Burdah, Al-Bushiri juga menulis beberapa qashidah lain. Di antaranya Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qashidah Al-Hamziyah Al-Bushiri adalah keturunan Berber yang lahir di Dallas, Maroko, dan dibesarkan di Bushir, Mesir. Ia murid sufi besar Imam Asy-Syadzili dan penerusnya yang bernama Abul Abbas Al-Mursi, tokoh Tarekat Syadziliyah. Di bidang fiqih, Al-Bushiri menganut Madzhab Syafi‘i, madzhab fiqih mayoritas di Mesir.

Di masa kecilnya, ia dididik oleh ayahnya sendiri dalam mempelajari Al-Quran, di samping berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Kemudian ia belajar kepada ulama-ulama di zamannya. Untuk memperdalam ilmu agama dan kesusastraan Arab, ia pindah ke Kairo. Di sana ia menjadi seorang sastrawan dan penyair yang andal. Kemahirannya di bidang syair melebihi para penyair pada zamannya. Karyakarya kaligrafinya juga terkenal indah. Di dalam qashidah Burdah diuraikan beberapa segi kehidupan Nabi Muhammad SAW, pujian terhadap beliau, cinta kasih, doa-doa, pujian terhadap Al-Quran, Isra Mi’raj, jihad, tawasul, dan sebagainya. Dengan memaparkan kehidupan Nabi secara puitis, Al-Bushiri tidak saja telah menanamkan kecintaan umat Islam kepada nabinya, tetapi juga mengajarkan sastra, sejarah Islam, dan nilai-nilai qashidah burdah.


Oleh karenanya, tidak mengherankan jika qashidah Burdah senantiasa dibacakan di pesantren-pesantren salaf. Al-Burdah, menurut etimologi, banyak mengandung arti, antara lain baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Dengan atribut burdah ini, seorang khalifah bisa dibedakan dengan pejabat negara lainnya, teman-teman, dan masyarakat pada umumnya. Burdah juga merupakan nama qashidah yang digubah oleh Ka‘ab bin Zuhair bin Abi Salma yang dipersembahkan kepada Rasulullah SAW.

Ada sebab-sebab khusus dikarangnya qashidah Burdah. Suatu ketika Al-Bushiri menderita sakit
lumpuh sehingga tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Lalu dibuatnya syair-syair yang berisi pujian kepada Nabi, dengan maksud memohon syafa’atnya.

Di dalam tidurnya, ia mimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi mengusap wajah Al-
Bushiri, kemudian beliau melepaskan jubahnya dan mengenakannya ke tubuh Al-Bushiri. Saat ia bangun dari mimpinya, seketika itu juga ia sembuh dari lumpuhnya. Al-Bushiri adalah seorang yang menjalani kehidupan sebagaimana layaknya para sufi, yang tercermin dalam kezuhudannya, ketekunannya beribadah, serta ketidaksukaannya pada kemewahan dan kemegahan duniawi.

Di kalangan para sufi, ia termasuk dalam jajaran sufi besar. Sayyid Mahmud Faidh Al-Manufi menulisdi dalam bukunya, Jawharat al-Awliya’, bahwa Al- Bushiri tetap konsisten dalam hidupnya sebagai seorang sufi sampai akhir hayatnya. Makamnya yang terletak di Iskandaria, Mesir, sampai sekarang masih diziarahi orang. Makam itu berdampingan dengan makam gurunya, Abul Abbas Al-Mursi.


(dipetik dr Majalah AlKisah)


Mawlâya shalli wa sallim dâ-iman abada
‘ala habîbika khayril-khalqi kullihimi
Huwal-habîbul-ladzî turja syafâ‘atuhu
likulli hawlin minal-ahwâli muqtahami

Wahai Tuhanku
limpahkanlah shalawat dan salam kepada kekasih-
Mu
sebaik-baik makhluk semuanya
Dialah sang kekasih yang diharapkan syafa’atnya
dari setiap huru-hara yang menimpa

Sekian, mengenai Burdah. Jadikan segala amalan dan sunnah Rasulullah sebagai amalan di rumah bersama ibu bapa, adik-beradik, suami dan anak2 dan semoga kita boleh berdampingan dengan Baginda semasa hari kiamat kelak. Insya Allah.

***Sharing : Ustazah Muzna Shaikh Abu Bakar Al Hamid dr Yaman melalui ceramahnya mengatakan, wanita yang bertindak sebagai anak, isteri dan ibu dan mengamalkan segala suruhan Allah SWT dan juga sunnah Rasulullah, hanya di rumah, akan mendapat 100 pahala syahid. Amalan Rasulullah antaranya adalah adab2 makan, masuk tandas, doa makan etc...juga, sekiranya ada seorang ibu tua di rumah, kita jaga, suami kita hormat dan jaga makan minumnya dan didik anak2 dengan sempurna..Insya Allah, kita akan memperolehi pahala 100 pahala syahid.***

No comments:

 
Images by Freepik